Minggu, 13 Mei 2012

Panggung Songgo Buwono Keraton Surakarta Tempat Pertemuan dengan Ratu Kidul



Tempat Pertemuan dengan Ratu Kidul


Panggung Songgo Buwono
Solo – Sebuah menara terlihat saat melewati Supit Urang, menara tersebut dinamakan Panggung Songgo Buwono. Ada kepercayaan bahwa raja Mataram jaman dulu menggunakan menara ini sebagai tempat pertemuan dengan Ratu Kidul penguasa laut selatan.
Panggung Songgo Buwono didirikan tahun 1777 saat pemerintahan Paku Buwana III (1749-1788). Pembangun Panggung Songgo Buwono adalah Kyai Baturetno, seorang tukang batu, dan Kyai Noyowrekso, seorang tukang kayu (Kalang) saat itu. Di atas atap menara terdapat gambar seseorang naik seekor naga yang sekaligus sebagai sengkolo Nogo Muluk Tinitihan Janmo. Arti sengkolo tersebut adalah 1708, tahun jawa pembuatan menara.
Menara Panggung Songgo Buwono berdiri dengan tinggi 30 meter, bertingkat 4 dengan model atap Tutup Saji bersudut 8. Menara tersebut berfungsi juga sebagai tempat pengawasan jauh atau uit kijk guna mengamati lingkungan sekitar keraton khususnya dari Supit Urang dan Benteng Vastenburg. Fungsi utama Panggung Songgo Buwono adalah tempat meditasi raja saat ingin melakukan kontak batin dengan penguasa laut selatan, Ratu Kidul.
“Pada beberapa kesempatan, Ratu Kidul juga datang ke Keraton Surakarta untuk bertemu dengan Sinuhun. Saat kedatangan Ratu Kidul itu selalu terdengar suara gemuruh seperti rombongan tentara berkuda, dan suara itu disebut Lampor,” jelas Purwo, abdi dalem keraton kepada Timlo.net, Sabtu (9/10).
Panggung Songgo Buwono diartikan sebagai Lingga atau alat kelamin laki-laki, sedangkan Kori Sri Manganti diartikan sebagai Yoni atau alat kelamin perempuan. Filosofis Lingga dan Yoni adalah Sarono kadadeaning urip ing donyo atau sarana terbentuknya kehidupan di dunia. “Setiap Kamis dan Selasa Kliwon, selalu diberikan sesaji di Panggung Songgo Buwono,” tambah Purwo.
Hari Jumat 11 November 1954, bangunan atap Panggung Songgo Buwono terbakar. Dan pada tahun 1978 atap Panggung Songgo Buwono tersebut dipugar dengan sengkolo Kumbuling Noto Sekaring Buwono, berarti tahun 1910 J. Bentuk atap Tutup Saji diganti dengan bentuk Payung Megar yang dikerjakan oleh abdi dalem Kalang.

Kamis, 10 Mei 2012

Wejangan Kalijaga pada Panembahan Senopati



Setelah bersemedi di tengah samudera pantai Parangritis memohon kepada Gusti Allah agar diizinkan menjadi raja tanah Jawa, Senopati lalu berjalan di atas air menuju darat, jalannya bagaikan berjalan di atas tanah saja hebatnya selama bersemedi di tengah samudera badannya tidak basah walau diterjang ombak berkali-kali. Begitu dekat dengan bibir pantai alangkah terkejutnya dia melihat Sunan Kalijaga berdiri di sana. Dia lalu bersujud dan memohon ampun karena telah berani menyombongkan diri dengan ilmunya itu.
Sunan Kalijaga lalu berkata "Bangunlah hai putera Ki Gede Pamanahan, janganlah menuruti kelemahan hati yang menyuarakan keserakahan, enyahkanlah bisikan setan itu, bangkitlah hai murid Jaka Tingkir!". Senopati lalu bangkit, Sunan Kalijaga kemudian bertanya padanya "apakah benar kau sangat ingin menjadi raja yang menguasai tanah Jawa ini?", Senopati mengangguk perlahan, Sunan Kalijaga bertanya lagi "meskipun itu berati kau harus berhadapan dengan guru sekaligus ayah angkatmu Sultan Hadiwijaya dan berperang dengan seluruh negeri Pajang yang selama ini menjadi negeri tumpah darahmu dan tempat alamrhum ayahmu mengabdi?", Senopati lalu menundukan kepalanya, tubuhnya berguncang, air matanya meleleh lalu pelan berkata "Hamba selalu memohon petunjuk kepada Gusti Allah namun belum mendapatkan petunjuknya, mungkin Gusti Allah memberikan petunjuknya lewat Kanjeng Sunan", Sunan Kalijaga tersenyum lalu kembali membuka mulutnya "Baiklah Senopati akan kuberikan pelajaran yang amat tinggi dari Kanjeng Rasul untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat".
Sunan Kalijaga menghela nafas sebelum memberikan wejangannya, lalu sambil duduk di atas sebuah batu karang dia memulai wejangannya kepada Senopati "Perang itu sesungguhnya hanyalah suatu alat penghancur untuk menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh kebhatilan, diganti dengan yang baru. Timbulnya suatu peradaban itu adalah karena perombakan dari masa silam yang manusia rusak sendiri. Agama Islam lahir sebagai agama penutup, tidak akan ada lagi agama yang diridhai Gusti Allah selain Islam, Kitab suci Al Qur'an lahir sebagai pelengkap dari semua kitab suci sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Memang sudah menjadi takdir Hyang Maha Kuasa kalau semua pemeluk kitab sebelum Al Qur'an itu akan selalu memusuhi para pemeluk agama Islam jika mereka menolak untuk masuk Islam, dan diantara para pemeluk Islam pun akan selalu muncul perbedaan, hal itu dikarenakan terbatasnya daya berpikir manusia yang tidak akan pernah bisa menyingkap takdir Illahi".
Sambil memandang ke arah laut Sunan Kalijaga menyedekapkan tangannya lalu melanjutkan ucapannya "Tanpa persengketaan manusia tidak akan bergairah untuk hidup lebih maju. Tanpa perangpun semua mahluk akan menemui ajal yang telah digariskan. Setelah itu diganti dengan manusia yang baru untuk meneruskan sisa pekerjaan yang telah mati. Demikianlah seterusnya seperti alam raya yang terus bergerak berputar tak pernah diam, demikian pula pikiran manusia setiap detik bergerak terus tak pernah berhenti. Manusia sebagai tempat roh akan mengalami masa bayi, kanak-kanak, dewasa sampai kemudian mati, bagi yang tawakal berserah diri kepada Gusti Allah tidak akan goncang hatinya. Walaupun tidak perang, alam akan merusak dan menghancurkan kehidupan agar manusia menjadi sadar, bahwa dia tak berkuasa apa-apa di dunia ini. Pandanglah kehidupan di sekitar kesultanan Pajang anakku, mereka itu adalah manusia-manusia yang tak menyadari asalnya dan diperbudak oleh khayalan. Perjalanan hidup manusia tidak bisa tetap, bagaikan alam, ada terang dan gelap, ada panas dan dingin, berubah-ubah sesuai kehendak Hyang Maha Kuasa. Usia hidup di alam ini kasar ini tak ubahnya seperti kedipan mata cepatnya bila dibandingkan dengan usia alam yang berjuta-juta tahun. Oleh sebab itu terimalah segala derita ataupun semua cobaan dengan ikhlas menerima pada yang telah digariskan Gusti Allah." 
Sunan Kalijaga lalu mengelus-elus jenggotnya "Atma atau roh itu tak dapat dihancurkan dengan kekuatan apapun, tak dapat dilihat, tak dapat dipikirkan, tak bisa berubah sifatnya. Tak bisa dibunuh walaupun jasad yang menjadi tempatnya bersemayam dihancurkan. Semua mahluk pada permulaannya tidak tampak, setelah melalui nafsu birahi antara pria dan wanita disatukan, barulah dibentuk dalam rahim. Setelah dilahirkan barulah nampak, semenjak kecil hingga tua bangka, mereka tak menyadari bahwa mereka berasal dari tak tampak yaitu tiada. Kematian menjadi momok ketakutan bagi yang tak mengenal atmanya.
Orang seringkali memperbincangkan tentang roh, meskipun demikian hanya beberapa orang saja yang mengerti pada sifat abadi itu. Ada dan tiada sama saja bagi siapa yang sesungguhnya mengetahui sajatining kebenaran. Yang menguasai manusia di alam lahir ialah pancaindra, sedangkan Atma adalah pendukung raga seluruhnya. Lahirnya pancaindra setelah menjelma menjadi manusia, sedangkan atma sudah ada sebelum manusia lahir ke dunia. Tetapi janganlah menyekutukan atma dan pancaindra, karena di dalam pancaindra itu terdapat nafsu-pikiran, itikad perasaan dan akal. Siapa yang beritikad baik pikirannya pun akan tenang, nafsunya dapat terkendalikan, perasaannya akan lebih tajam, dan akalnya pun akan lebih cerdas. Siapa yang dapat mengendalikan seluruh panca indranya dan memusatkan akal budinya terhadap atma untuk bersujud berserah diri kepada Illahi, dialah yang akan menemukan kebahagiaan sejati nan abadi dunia-akhirat. Illahi adalah yang tak ada habis-habisnya dan tertinggi yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya, Adhi Atma adalah roh suci yang bersemayam dalam diri manusia, setan adalah nafsu negatif yang menimbulkan nafsu keduniawian. Siapa yang mengingat bahwa Gusti Allah adalah yang paling esa berkuasa, maka dialah yang mengetahui kebenaran. 
Deru ombak menggetarkan tempat itu, semakin lama semakin pasang, namun Sunan Kalijaga meneruskan wejangannya " Orang yang sempit pikirannya menganggap Illahi itu hanya bersifat tidak kelihatan dan beranggapan Illahi itu omong kosong belaka yang tidak masuk akal, padahal Illahi ada dimana-mana dalam segala bentuk dan kekal sifatnya yang memberikan daya berpikir pada seluruh manusia. Bukan Ilmu ataupun kesaktian fisik yang bisa menuntun ke jalan yang manunggal di Jalan Illahi, karena ilmu tanpa disertai budi, dan kesaktian lahir adalah kesombongan dan kemurkaan. Dia yang beriman, bertaqwa, dan bertwakal kepadanya dan berikhtiar mempersatukan dia dengan Illahi sambil menjalankan kebajikan, dan menyebarkan ajaran Illahi dia akan mencapai sifat yang diridhai Gusti Allah untuk menjadi Khalifah Umatnya. Apa yang disebut perikebajikan adalah rendah hati, jujur, sabar, dapat melepaskan pikiran dan hawa nafsu keduniawian, dan tidak menyimpan kebencian. Siapa yang melihat bahwa benda yang saling bunuh dan bukan rohnya, siapa yang mengakui segala yang terjadi akibat kesalahannya sendiri dialah yang nerima. Bangkitlah engkau Senopati anakku! Kalahkanlah semua musuh-musuhmu! Karena engkau adalah alat untuk melenyapkan angkara murka dan membentuk kehidupan yang baru di tanah Jawa ini! Sesungguhnya tanpa peranmu pun orang-orang Pajang yang berlindung di bawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya sudah mati, karena diliputi oleh benci dan dendam. Mereka orang-orang yang berlindung di bawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya untuk melampiaskan hasrat serakahnya seperti serigala-serigala yang terkurung api, sebentar lagi hangus terbakar. Janganlah bersedih hati menghadapi ujian ini Senopati, semua yang kukatakan ini adalah Ilapat dari Gusti Allah demi memberimu petunjuk atas permohonanmu kepada Gusti Allah siang dan malam, wahyu keprabon untuk memimpin umat di tanah Jawa ini telah berpindah dari Sultan Hadiwijaya kepadamu karena Pajang telah rusak oleh orang-orang yang serakah. Namun ketahuilah Mataram akan berumur pendek dari mulai engkau, anak dan cucumu, cucumu akan menjadi raja yang sangat kaya, mataram akan mencapai puncak kejayaannya, namun Mataram akan rusak oleh cicitmu karena bersekutu dengan orang-orang asing bertubuh tinggi-besar, berkulit putih, berambut seperti rambut jagung yang akan menyengsarakan seluruh umat di tanah Jawa ini. Kerusakan Mataram akan ditandai dengan muculnya bintang kemukus setiap malam, sering terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, Gunung Merapi sering bergolak dahsyat".
Senopati mengangkat kepalanya "Yang kanjeng Sunan wejangkan benar-benar meresap dalam sanubariku, hamba bersyukur ternyata Gusti Allah mengabulkan permohonan Hamba dan alamarhum ayahanda. Namun yang belum saya mengerti mengapa di jagat ini begitu banyak aliran kepercayaan?"
Sunan Kalijaga Menjawab " Sumbernya hanya satu seperti sumber air gunung yang sangat bersih tanpa ada kotoran mengalir ke bawah. Lalu beranak sungai di hulu, dialirkan ke setiap arah untuk dipergunakan macam-macam keperluan seperti minum, mencuci, mengairi sawah, dan lain-lain sehingga kotor sulit dibersihkan kembali. Begitupun pengertian tentang Tuhan, siapa yang memuja Allah SWT dia akan pergi kepada Gusti Allah, siapa yang memuja Dewa dia akan pergi kepada Dewa, siapa yang memuja Jin dia akan pergi kepada Jin, siapa yang memuja Leluhur dia akan Pergi kepada Leluhurnya. Namun tetaplah semua akan kembali kepada satu sumbernya yaitu sang maha pencipta Gusti Allah SWT, La Illa Haillallah tiada tuhan selain Allah. Ada pula orang-orang yang menyerahkan hartanya sebagai bakti kepada Illahi, Namun dibalik hatinya ia meminta kembalinya yang lebih besar, itu namanya murka, ada orang yang berpura-pura memuja Illahi namun mengharapkan upah, dia tidak akan sampai kepada Illahi. Begitulah pengertian tentang Tuhan, diolah beraneka ragam hasil pengertian akal tanpa budi, iman, dan taqwa. Tidak demikian dengan orang yang beriman dan bertaqwa, dia akan terus menuju mencari sumbernya. Dia tidak akan terpengaruh oleh kesibukan dan nikmat duniawi yang tercipta dari setan pembawa hawa nafsu yang merusak. Dia akan senantiasa tenang, karena ia sadar bahwa semua pergolakan disebabkan oleh setan. Bagaikan orang yang berjalan di lorong gelap gulita yang menemukan pelita, demikianlah orang yang berserah diri kepada Gusti Allah SWT". 
Senopati lalu bangun, Sunan Kalijaga lalu mengajaknya pulang ke Kota Gede "Mari anakku aku ingin melihat rumahmu dan kota yang telah engkau bangun", Senopati menjawab "Mari kanjeng Sunan". Setelah sampai Sunan Kalijaga memerintahkan Senopati untuk memagari rumahnya dan membangun tembok dari batu bata di sekitar Kota Gede dengan memberi petunjuk lewat air doanya "Senopati anakku, bila kelak engkau hendak membangun tembok benteng Kota Gede ikutilah tempat dimana aku mengikuti air tadi, nah selamat tinggal anakku, aku hedak pulang ke Kadilangu". Senopati lalu membangun tembok kota mengikuti saran yang Sunan Kalijaga sampaikan. Wejangan itupun diresapinya hingga kelak tiba saatnya ia menjadi raja sekaligus penyebar agama Islam di tanah Jawa ini.

PERNIKAHAN PANEMBAHAN SENOPATI DAN KANJENG RATU KIDUL


Bagi Wong Jowo, bulan ini agaknya bulan yang baik untuk menyelenggarakan hajatan. Undangan pernikahan banyak mampir ke rumah. Jalan-jalan di desa kadang harus ditutup bila ada satu rumah yang duwe gawe. Tidak hanya sebuah ritual budaya dan agama, pernikahan juga memiliki arti politik dan ekonomi. Bahkan juga memiliki makna simbolik berupa pertemuan dua jiwa yang dimabuk rasa cinta dan kasih, untuk menjadi satu, melebur dan mencair dalam satu ikatan untuk mencapai kesempurnaan.
Dalam khasanah Jawa, mitologi yang terkenal tentang perkawinan adalah perkawinan antara Panembahan Senopati, Raja Mataram pertama dengan Kanjeng Ratu Kidul. Ada beragam penafsiran tentang makna perkawinan dua makhluk berlainan spesies ini. Panembahan Senopati berspesies manusia dan Kanjeng Ratu Kidul berspesies lelembut.
NIKAH
Ada yang menafsirkan bahwa perkawinan itu hanya upaya legitimasi politik Panembahan Senopati agar semakin ditakuti dan disegani lawan-lawan politiknya, sehingga dia merekayasa cerita tidak masuk akal.
Ada pula yang menafsirkan secara filosofis, bahwa perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul itu sesungguhnya sebuah upaya Gusti agar manunggal dengan Kawulo dengan cara ngayomi lahir dan batin para kawulo sehingga Raja menjadi RATU ADIL.
Ada pula yang menafsirkan bahwa perkawinan itu benar-benar terjadi sebagaimana pernikahan Pangeran Charles dengan Lady Diana, atau Anda dengan Pasangan hidup Anda. Bila ini benar-benar terjadi, pastilah ini kejadian luar biasa yang hanya dilakukan oleh manusia yang sakti mandraguna.
Terserah Anda, mau percaya pada penafsiran yang mana. Ada baiknya akan kita runut asal muasal perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul yang fenomenal tersebut.
Siapa Panembahan Senopati?

Danang Sutawijaya nama kecilnya. Ayahnya bernama Ki Ageng Pemanahan yang berjasa besar membantu Jaka Tingkir membunuh Aryo Penangsang, adipati Jipangpanolan dalam krisis politik di Kesultanan Demak Bintoro pada masa akhir pemerintahan Sultan Trenggana.
Setelah Jaka Tingkir menjadi Raja bergelar Sultan Hadiwijaya yang akhirnya mendirikan Kesultanan Pajang, Sutawijaya kemudian dianugerahi tanah Mentaok –Kotagede, Jogja sekarang.
dc8b
Bersama-sama ayahnya ia babat alas kawasan yang kini terkenal dengan kerajinan perak tersebut. Karena keraton Sutawijaya berada di sebelah utara pasar maka dia bergelar Ngabehi Loring Pasar. Setelah Ki Gede Pemanahan meninggal tahun 1575 M, Sutawijaya memberontak ke Pajang saat di Pajang terjadi konflik elite tahun 1582 M dan membuat Mataram merdeka dari Pajang.
Konflik elite yang terjadi yaitu anak Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benowo yang merupakan pewaris Pajang di kudeta oleh Aryo Pangiri adipati Demak. Merasa terdesak Pangeran Benowo meminta bantuan Sutawijaya di Mataram. Setelah berhasil mengalahkan Aryo Pangiri, Pangeran Benowo menyerahkan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama dan bergelar Panembahan Senopati Khalifatullah Sayyidin Penatagama.
Panembahan Senopati dikisahkan dalam babad Tanah Jawa memiliki kebiasaan yang hebat dalam olah rasa, meditasi dan gentur bertapa. Salah satu ritual wajib yang dilakukannya untuk melatih kesabaran adalah membuang cincinnya sendiri ke sungai dan kemudian mencarinya hingga ketemu. Tindakan unik dan nyeleneh diluar kebiasaan ini membuahkan hasil berupa diperolehnya kawicaksanan tertinggi, ilmu-ilmu ketuhanan yang mumpuni serta kesaktian yang pilih tanding.
Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing sopana
Mrih para pranaweng kapti
Setiap kali keluar rumah
Wisata ke wilayah sunyi sepi
Menghidup napas kerokhanian
Agar arif kebulatan awal akhir,
Dialah tokoh yang berhasil membuat anyaman mistik dan politik, yang keteladanannya memandu alam pikiran Kejawen untuk menggapai pemahaman tertinggi Ketuhanan yaitu MANGGALIH, artinya mengenai soal-soal esensial, pasca MANAH (dipersonifikasikan Ki Ageng Pemanahan) artinya membidikkan anak panah, mengenai soal-soal problematis di jantung kehidupan, pusat lingkaran.
Panembahan Senopati yang cerdas memahami psiko sosial masyarakatnya. Ia pun menganyam serat-serat kehidupan yang dianyam dengan amat simbolik mistik berupa kisah Asmara dengan Penguasa Laut, dengan Empu Laut Kanjeng Ratu Kidul sehingga Panembahan Senopati memperoleh dataran baru, daratan ke-Mataram-an.
kanjengratu
Dikisahkan, Panembahan Senopati saat babad alas Mentaok menghadapi Raja Jin bernama Jalumampang. Merasa kesulitan mengalahkannya, Panembahan Senopati kemudian bertapa di laut selatan. Dalam bertapa, dia di datangi oleh Kanjeng Ratu Kidul yang terpikat oleh ketampanannya. Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu melawan Jalumampang asal Panembahan Senopati dan keturunannya mau menjadi suami dari Kanjeng Ratu Kidul.
Perkawinan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul pada dasarnya adalah perkawinan yang strategis. Panembahan Senopati memperoleh kedaulatan atas wilayah Mataram yang wilayahnya berdampingan dengan Laut Selatan yang tak terbatas. Dengan perkawinan tersebut, Panembahan Senopati mampu untuk menguasai juga para lelembut yang tak terbilang banyaknya sebab Kanjeng Ratu Kidul adalah raja para lelembut tersebut.
Panembahan Senopati oleh sebab itu mampu membangun sebuah kekuatan psikologis untuk memperkokoh legitimasi pemerintahannya. Selama pemerintahan Panembahan Senopati, Kerajaan Mataram tercatat harus berperang menundukkan bupati-bupati daerah di antaranya Kasultanan Demak, Ponorogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
Perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, oleh sebab itu diyakini terus dipertahankan oleh para Raja Mataram mulai Sri Sultan Hamengko Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono X saat ini.

WAHYU PANEMBAHAN SENOPATI

WAHYU PANEMBAHAN SENOPATI

Setelah bersemedi di tengah samudera pantai Parangritis memohon kepada Gusti Allah agar dirinya diizinkan untuk menjadi raja di tanah jawa, Senopati lalu berjalan di atas air menuju darat, jalannya bagaikan berjalan diatas tanah saja hebatnya selama bersemedi ditengah samudera badannya tidak basah walau diterjang ombak berkali-kali. Begitu dekat dengan bibir pantai alangkah terkejutnya dia melihat Sunan Kalijaga berdiri disana. Dia lalu bersujud dan memohon ampun karena telah berani menyombongkan diri dengan ilmunya itu.
Sunan Kalijaga lalu berkata "Bangunlah hai putera Ki Gede Pamanahan, janganlah menuruti kelemahan hati yang menyuarakan keserakahan, enyahkanlah bisikan setan itu, bangkitlah hai murid Jaka Tingkir!". Senopati lalu bangkit, Sunan Kalijaga kemudian bertanya padanya "apakah benar kau sangat ingin menjadi raja yang menguasai tanah jawa ini?", Senopati mengangguk perlahan, Sunan Kalijaga bertanya lagi "meskipun itu berati kau harus berhadapan dengan guru sekaligus ayah angkatmu Sultan Hadiwijaya dan berperang dengan seluruh negeri Pajang yang selama ini menjadi negeri tumpah darahmu dan tempat alamrhum ayahmu mengabdi?", Senopati lalu menundukan kepalanya, tubuhnya berguncang, air matanya meleleh lalu pelan berkata "Hamba selalu memohon petunjuk kepada Gusti Allah namun belum mendapatkan petunjuknya, mungkin Gusti Allah memberikan petunjuknya lewat Kanjeng Sunan", Sunan Kalijaga tersenyum lalu kembali membuka mulutnya "Baiklah Senopati akan kuberikan pelajaran yang amat tinngi dari Kanjeng Rasul untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat".
Sunan Kalijaga menghela nafas sebelum memberikan wejangannya, lalu sambil duduk diatas sebuah batu karang dia memulai wejangannya kepada Senopati "Perang itu sesungguhnya hanyalah suatu alat penghancur untuk menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh kebhatilan, diganti dengan yang baru. Timbulnya suatu peradaban itu adalah karena perombakan dar yang silam yang manusia rusak sendiri. Agama Islam lahir sebagai agama penutup, tidak akan ada lagi agama yang diridhai oleh Gusti Allah selain Islam, Kitab suci Al Qur'an lahir sebagai pelengkap dari semua kitab suci sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Memang sudah menjadi takdir Hyang Maha Kuasa kalau semua pemeluk kitab sebelum Al Qur'an itu akan selalu memusuhi para pemeluk agama Islam jika mereka menolak untuk masuk Islam, dan diantara para pemeluk Islam pun akan selalu muncul perbedaan, hal itu dikarenakan terbatasnya daya berpikir manusia yang tidak akan pernah bisa menyingkap takdir Illahi".
Sambil memandang ke arah laut Sunan Kalijaga menyedekapkan tangannya lalu melanjutkan ucapannya "Tanpa persengketaan manusia tidak akan bergairah untuk hidup lebih maju. Tanpa perangpun semua mahluk akan menemui ajal yang telah digariskan. Setelah itu diganti dengan manusia yang baru untuk meneruskan sisa pekerjaan yang telah mati. Demikianlah seterusnya seperti alam raya yang terus bergerak gberputar tak pernah diam, demikian pula pikiran manusia setiap detik bergerak terus tak pernah berhenti. Manusia sebagai tempat roh akan mengalami masa bayi, kanak-kanak, dewasa sampai kemudian mati, bagi yang tawakal berserah diri kepada Gusti Allah tidak akan goncang hatinya. Walaupun tidak perang, alam akan merusak dan menghancurkan kehidupan agar manusia menjadi sadar, bahwa dia tak berkuasa apa-apa di dunia ini. Pandanglah kehidupan di sekitar kesultanan Pajang anakku, mereka itu adalah manusia-manusia yang tak menyadari asalnya dan diperbudak oleh khayalan. Perjalan hidup manusia tidak bisa tetap, bagaikan alam, ada terang dan gelap, ada panas dan dingin, berubah-ubah sesuai kehendak Hyang Maha Kuasa. Usia hidup dialam ini kasar ini tak ubahnya seperti kedipan mata cepatnya bila dibandingkan dengan usia alam yang berjuta-juta tahun. Oleh sebab itu terimalah segala derita ataupun semua cobaan dengan ikhlas nerima kepada yang telah digariskan oleh Gusti Allah."
Sunan Kalijaga lalu mengelus-elus jenggotnya "Atma atau roh itu tak dapat dihancurkan dengan kekuatan apapun, tak dapat dilihat, tak dapat dipikirkan, tak bisa berubah sifatnya. Tak bisa dibunuh walaupun jasad yang menjadi temaptnya bersemayam dihancurkan. Semua mahluk pada permulaannya tidak tampak, setelah melalui nafsu birahi antara pria dan wanita diasatukan, barulah dibentuk dalam rahim. Setelah dilahirkan barulah nampak, semenjak kecil hingga tua bangka, mereka tak menyadari bahwa mereka berasal dari tak tampak yaitu tiada. Kematian menjadi momok ketakutan bagi yang tak mengenal atmanya. Orang seringkali memperbincangkan tentang roh, meskipun demikian hanya beberapa orang saja yang mengerti pada sifat abadi itu. Ada dan tiada sama saja bagi siapa yang sesungguhnya mengetahui sajatining kebenaran. Yang menguasai manusia dialam lahir ilaha pancaindra, sedangkan Atma adalah pendukung raga seluruhnya. Lahirnya pancaindra setelah menjelma menjadi manusia, sedangkan atma sudah ada sebelum manusia lahir kedunia. Tetapi janganlah menyekutukan atma dan pancaindra, karena didalam pancaindra itu terdapat nafsu-pikiran, itikad persaan dan akal. Siapa yang beritikad baik pikirannyapun akan tenang, nafsunya dapat terkendalikan, perasaannya akan lebih tajam, dan akalnyapun akan lebih cerdas. Siapa yang dapat mengendalikan seluruh panca indranya dan memusatkan akal budinya terhadap atma untuk bersujud berserah diri kepada Illahi, dialah yang akan menemukan kebahagiaan sejati nan abadi dunia-akhirat. Illahi adalah yang tak ada habis-habisnya dan tertinggi yang meniptakan alam semesta dengan segala isinya, Adhi Atma adalah roh suci yang bersemayam dalam diri manusia, setan adalah nafsu negatif yang menimbulkan nafsu keduniawian. Siapa yang mengingat bahwa Gusti Allah adalah yang paling esa berkuasa, maka dialah yang mengetahui kebenaran.
Deru ombak menggetarkan tempat itu, semakin lama semakin pasang, namun Sunan Kalijaga meneruskan wejangannya " Orang yang sempit pikirannya menganggap Illahi itu hanya bersifat tidak kelihatan dan beranggapan Illahi itu omong kosong belaka yang tidak masuk akal, padahal Illahi ada dimana-mana dalam segala bentuk dan kekal sifatnya yang memberikan daya berpikir pada seluruh manusia. Bukan Ilmu ataupun kesaktian fisik yang bisa menuntun kejalan yang manunggal di Jalan Illahi, karena ilmu tanpa disertai budi, dan kesaktian lahir adalah kesombongan dan kemurkaan. Dia yang beriman, bertaqwa, dan bertwakal kepadanya dan berikhtiar mempersatukan dia dengan Illahi sambil menjalankan kebajikan, dan menyebarkan ajaran Illahi dia akan mencapai sifat yang diridhai Gusti Allah untuk menjadi Khalifah Umatnya. Apa yang disebut prikebajikan adalah rendah hati, jujur, sabar, dapat melepaskan pikiran dan hawa nafsu keduniawian, dan tidak menyimpan kebencian. siapa yang melihat bahwa benda yang saling bunuh dan bukan rohnya, siapa yang mengakui segala yang terjadi akibat kesalahannya sendiri dialah yang nerima. Bangkitlah engkau Senopati anakku! Kalahkanlah semua musuh-musuhmu! Karena engkau adalah alat untuk melenyapkan angkara murka dan membentuk kehidupan yang baru di tanah jawa ini! Sesungguhnya tanpa peranmu pun orang-orang Pajang yang berlindung dibawah kekuasaan Sultan Hadiwijaya sudah mati, karena diliputi oleh benci dan dendam. Mereka orang-orang yang berlindung dibawah kekuasaan Sulta Hadiwijaya untuk melampiaskan hasrat serakahnya seperti serigala-serigala yang terkurung api, sebentar lagi hangus terbakar. Janganlah bersedih hati menghadapi ujian ini Senopati, semua yang kukatakan ini adalah Ilapat dari Gusti Allah demi memberimu petunujuk atas permohonanmu kepada Gusti Allah siang dan malam, wahyu keprabon untuk memimpin umat di tanah jawa ini telah berpindah dari Sultan Hadiwijaya kepadamu karena Pajang telah rusak oleh orang-orang yang serakah. Namun ketahuilah Mataram akan berumur pendek dari mulai engkau, anak dan cucumu, cucumu akan menjadi raja yang sangat kaya, mataram akan mencapai puncak kejayaannya, namun Mataram akan rusak oleh cicitmu karena bersekutu dengan orang-orang asing bertubuh tinggi-besar, berkulit putih, berambut seperti rambut jagung yang akan menyengsarakan seluruh umat di tanah jawa ini. kerusakan Mataram akan ditandai dengan muculnya bintang kemukus setiap malam, sering terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, Gunung Merapi sering bergolak dahsyat".
Senopati mengankat kepalanya "Yang kanjeng Sunan wejangkan benar-benar meresap dalam sanubariku, hamba bersyukur ternyata Gusti Allah mengabulkan permohonan Hamba dan alamarhum ayahanda. Namun yang belum saya mengerti mengapa di jagat ini begitu banyak aliran kepercayaan?"
Sunan Kalijaga Menjawab " Sumbernya hanya satu seperti sumber air gunung yang sangat bersih tanpa ada kotoran mengalir kebawah. Lalu beranak sungai dihulu, dialirkan kesetiap arah untuk dipergunakan macam-macam keperluan seperti minum, mencuci, mengairi sawah, dan lain-lain sehingga kotor sulit dibersihkan kembali. Begitupun pengertian tentang Tuhan, siapa yang memuja Allah SWT dia akan pergi kepada Gusti Allah, siapa yang memuja Dewa dia akan pergi kepada Dewa, siapa yang memuja Jin dia akan pergi kepada Jin, siapa yang memuja Leluhur dia akan Pergi kepada Leluhurnya. Namun tetaplah semua akan kembali kepada satu sumbernya yaitu sang maha pencipta Gusti Allah SWT, La Illa Haillallah tiada tuhan selain Allah. Ada pula orang-orang yang menyerahkan hartanya sebagai bakti kepada Illahi, Namun dibalik hatinya ia meminta kembalinya yang lebih besar, itu namanya murka, ada orang yang berpura-pura memuja Illahi nmun mengharapkan upah, dia tidak akan sampai kepada Illahi. Begitulah pengertian tentang Tuhan, diolah beraneka ragam hasil pengertian akal tanpa budi, iman, dan Taqwa. Tidak demikian dengan orang yang beriman dan bertaqwa, dia akan terus menuju mencari sumbernya. Dia tidak akan terpengaruh oleh kesibukan dan nikmat duniawi yang tercipta darisetan pembawa hawa nafsu yang merusak. Dia akan senantiasa tenang, karena ia sadar bahwa semua pergolakan disebabkan oleh setan. Bagaikan orang yang berjalan di lorong gelap gulita yang menemukan pelita, demikianlah orang yang berserah diri kepada Gusti Allah SWT".
Senopati lalu bangun, Sunan Kalijaga lalu mengajaknya pulang ke Kota Gede "Mari anakku aku ingin melihat rumahmu dan kota yang telah engkau bangun", Senopati menjawab "Mari kanjeng Sunan". Setelah sampai Sunan Kalijaga memerintahkan Senopati untuk memagari rumahnya dan membangun tembok dari batu bata disekitar Kota Gede dengan memberi petunjuk lewat air doanya "Senopati anakku, bila kelak engkau hendak membangun tembok benteng Kota Gede ikutilah tempat dimana aku mengikuti air tadi, nah selamat tinggal anakku, aku hedak pulang ke Kadilangu". Senopati lalu membangun tembok kota mengikuti saran yang Sunan Kalijaga sampaikan. Wejangan itupun diresapinya hingga kelak tiba saatnya ia menjadi raja sekaligus penyebar agama islam di tanah jawa ini

Selasa, 08 Mei 2012

PENDIRI KESULTANAN MATARAM

Sutawijaya


Panembahan Senopati
Danang Sutawijaya (lahir: ? - wafat: Jenar, 1601) adalah pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601, bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa. Tokoh ini dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram. Riwayat hidupnya banyak digali dari kisah-kisah tradisional, misalnya naskah-naskah babad karangan para pujangga zaman berikutnya.

Asal-Usul

Danang Sutawijaya adalah putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah. Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga. Hal ini seolah-olah menunjukkan adanya upaya para pujangga untuk mengkultuskan raja-raja Kesultanan Mataram sebagai keturunan orang-orang istimewa.
Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.

Peran Awal

Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
Arya Penangsang adalah Bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto raja terakhir Kesultanan Demak. Ia sendiri akhirnya tewas di tangan Sutawijaya. Akan tetapi sengaja disusun laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya (bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri), dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah.

Memberontak Terhadap Pajang

Usai sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan menjadi bupati di sana sejak tahun 1549, sedangkan Ki Ageng Pamanahan baru mendapatkan tanah Mataram sejak tahun 1556. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan tahun 1575, Sutawijaya menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin Mataram, bergelar Senapati Ingalaga (yang artinya “panglima di medan perang”).
Pada tahun 1576 Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil dari Pajang tiba untuk menanyakan kesetiaan Mataram, mengingat Senapati sudah lebih dari setahun tidak menghadap Sultan Hadiwijaya. Senapati saat itu sibuk berkuda di desa Lipura, seolah tidak peduli dengan kedatangan kedua utusan tersebut. Namun kedua pejabat senior itu pandai menjaga perasaan Sultan Hadiwijaya melalui laporan yang mereka susun.
Senapati memang ingin menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka. Ia sibuk mengadakan persiapan, baik yang bersifat material ataupun spiritual, misalnya membangun benteng, melatih tentara, sampai menghubungi penguasa Laut Kidul dan Gunung Merapi. Senapati juga berani membelokkan para mantri pamajegan dari Kedu dan Bagelen yang hendak menyetor pajak ke Pajang. Para mantri itu bahkan berhasil dibujuknya sehingga menyatakan sumpah setia kepada Senapati.
Sultan Hadiwijaya resah mendengar kemajuan anak angkatnya. Ia pun mengirim utusan menyelidiki perkembangan Mataram. Yang diutus adalah Arya Pamalad Tuban, Pangeran Benawa, dan Patih Mancanegara. Semuanya dijamu dengan pesta oleh Senapati. Hanya saja sempat terjadi perselisihan antara Raden Rangga (putra sulung Senapati) dengan Arya Pamalad.

Memerdekakan Mataram

Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya menghukum buang Tumenggung Mayang ke Semarang karena membantu anaknya yang bernama Raden Pabelan, menyusup ke dalam keputrian menggoda Ratu Sekar Kedaton, putri bungsu Sultan. Raden Pabelan sendiri dihukum mati dan mayatnya dibuang ke Sungai Laweyan.
Ibu Pabelan adalah adik Senapati. Maka Senapati pun mengirim para mantri pamajegan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya.
Perbuatan Senapati ini membuat Sultan Hadiwijaya murka. Sultan pun berangkat sendiri memimpin pasukan Pajang menyerbu Mataram. Perang terjadi. Pasukan Pajang dapat dipukul mundur meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak.
Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dalam perjalanan pulang ke Pajang. Ia akhirnya meninggal dunia namun sebelumnya sempat berwasiat agar anak-anaknya jangan ada yang membenci Senapati serta harus tetap memperlakukannya sebagai kakak sulung. Senapati sendiri ikut hadir dalam pemakaman ayah angkatnya itu.

Menjadi Raja

Arya Pangiri adalah menantu Sultan Hadiwijaya yang menjadi adipati Demak. Ia didukung Panembahan Kudus berhasil merebut takhta Pajang pada tahun 1583 dan menyingkirkan Pangeran Benawa menjadi adipati Jipang.
Pangeran Benawa kemudian bersekutu dengan Senapati pada tahun 1586 karena pemerintahan Arya Pangiri dinilai sangat merugikan rakyat Pajang. Perang pun terjadi. Arya Pangiri tertangkap dan dikembalikan ke Demak.
Pangeran Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Senapati namun ditolak. Senapati hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.
Pangeran Benawa pun diangkat menjadi raja Pajang sampai tahun 1587. Sepeninggalnya, ia berwasiat agar Pajang digabungkan dengan Mataram. Senapati dimintanya menjadi raja. Pajang sendiri kemudian menjadi bawahan Mataram, dengan dipimpin oleh Pangeran Gagak Baning, adik Senapati.
Maka sejak itu, Senapati menjadi raja pertama Mataram bergelar Panembahan. Ia tidak mau memakai gelar Sultan untuk menghormati Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Istana pemerintahannya terletak di Kotagede.

Memperluas Kekuasaan Mataram

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, daerah-daerah bawahan di Jawa Timur banyak yang melepaskan diri. Persekutuan adipati Jawa Timur tetap dipimpin Surabaya sebagai negeri terkuat. Pasukan mereka berperang melawan pasukan Mataram di Mojokerto namun dapat dipisah utusan Giri Kedaton.
Selain Pajang dan Demak yang sudah dikuasai Mataram, daerah Pati juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin Adipati Pragola putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya (Ratu Waskitajawi) menjadi permaisuri utama di Mataram. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakaknya itu.
Pada tahun 1590 gabungan pasukan Mataram, Pati, Demak, dan Pajang bergerak menyerang Madiun. Adipati Madiun adalah Rangga Jumena (putra bungsu Sultan Trenggana) yang telah mempersiapkan pasukan besar menghadang penyerangnya. Melalui tipu muslihat cerdik, Madiun berhasil direbut. Rangga Jemuna melarikan diri ke Surabaya, sedangkan putrinya yang bernama Retno Dumilah diambil sebagai istri Senapati.
Pada tahun 1591 terjadi perebutan takhta di Kediri sepeninggal bupatinya. Putra adipati sebelumnya yang bernama Raden Senapati Kediri diusir oleh adipati baru bernama Ratujalu hasil pilihan Surabaya.
Senapati Kediri kemudian diambil sebagai anak angkat Panembahan Senapati Mataram dan dibantu merebut kembali takhta Kediri. Perang berakhir dengan kematian bersama Senapati Kediri melawan Adipati Pesagi (pamannya).
Pada tahun 1595 adipati Pasuruhan berniat tunduk secara damai pada Mataram namun dihalang-halangi panglimanya, yang bernama Rangga Kaniten. Rangga Kaniten dapat dikalahkan Panembahan Senapati dalam sebuah perang tanding. Ia kemudian dibunuh sendiri oleh adipati Pasuruhan, yang kemudian menyatakan tunduk kepada Mataram.
Pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Retno Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua Senapati. Pasukan Pati berhasil merebut beberapa wilayah sebelah utara Mataram. Perang kemudian terjadi dekat Sungai Dengkeng di mana pasukan Mataram yang dipimpin langsung oleh Senapati sendiri berhasil menghancurkan pasukan Pati.

Akhir Pemerintahan

Panembahan Senapati alias Danang Sutawijaya meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di Kotagede. Putra yang ditunjuk sebagai raja selanjutnya adalah yang lahir dari putri Pati, bernama Mas Jolang.

Minggu, 06 Mei 2012

Ndalem Mloyosuman



Ndalem Mloyosuman
This cultural trip started at 8 am and ended in 4 pm. Yes, 8 hours of the program, just like regular working hours on a day. To be honest the trip was so fun until I could not feel that the time was running so fast. Other nice things were to have the opportunity in palace area in buffet style which was cooked by Abdi Dalem (Palace assistant) and to visit the graveyard of Ki Sala who was recognized as one of the important persons for the existence of Solo area. The understanding about those residences became more enlightening from the information by Dr. Titis S. Pitana., M.Trop. Arch and Gusti Puger (one member of royal family). Plus, when participants visited each house, they can meet the host or Abdi Dalem who explained the detail of the residences.
 Perjalanan budaya mulai pukul 8 pagi dan berakhir pada 4 sore. Ya, 8 jam program, seperti jam kerja pada sehari. Sejujurnya perjalanan itu begitu menyenangkan sampai aku tidak bisa merasakan bahwa waktu berjalan begitu cepat. Hal-hal baik lainnya adalah untuk memiliki kesempatan di daerah istana dalam gaya prasmanan yang dimasak oleh Abdi Dalem (Palace asisten) dan untuk mengunjungi makam Ki Sala yang diakui sebagai salah satu orang penting bagi eksistensi kawasan Solo. Pemahaman tentang orang-orang tinggal menjadi lebih mencerahkan dari informasi oleh Dr Titis S. Pitana, M.Trop.. Arch dan Gusti Puger (salah satu anggota keluarga kerajaan). Plus, ketika peserta mengunjungi setiap rumah, mereka dapat memenuhi host atau Abdi Dalem yang menjelaskan detail dari tempat tinggal.


Visiting graveyard of Ki Sala
Masih banyak situs-situs budaya nyaris dilupakan dan terbengkalai hingga kini belum mendapat perhatian pemerintah setempat ,,,sayang,,,,lambat laun sejarah nenek moyang akan hilang begitu saja tanpa ada yang melestarika......... 

Jumat, 04 Mei 2012

Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta

Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta


Baluwarti
—  Kelurahan  —
Kelurahan Baluwarti.jpg
Kantor Kelurahan Baluwarti
Negara  Indonesia
Provinsi Jawa Tengah
Kota Surakarta
Kecamatan Pasar Kliwon



Populasi
 - Total 7.120
Kodepos 57114
Jumlah RT 38
Jumlah RW 12
Jumlah KK 1.432
Alamat Jl. Wirengan No. 1
Telepon 0271-638500
Situs web kel-baluwarti@surakarta.go.id
Kelurahan Baluwarti adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Di Kelurahan ini antara lain terdapat Keraton Kasunanan Surakarta, sekolah-sekolah kratonan, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Surakarta yang menjadikannya salah satu tujuan wisata di Solo.
Kelurahan ini istimewa sebab berada di dalam lingkungkan benteng Keraton Surakarta. Baluwarti juga adalah satu-satunya kelurahan yang seluruh penduduknya menempati tanah milik keraton.
Kini Baluwarti merupakan salah satu kampung wisata budaya di Surakarta. Keberhasilan dalam penataan PKL dan kemantapan pemberdayaan masyarakat menjadikan lingkungan Baluwarti asri dan kondusif.

Etimologi

Kata "baluwarti" sendiri berasal dari bahasa Portugis baluarte yang artinya adalah "benteng".

Sejarah

Awalnya Baluwarti merupakan wilayah yang dihuni keluarga keraton dan abdi dalem. Dahulu untuk dapat mengenal status penghuni sebuah rumah di Baluwarti, kita dapat memperhatikan bentuk rumah dan alat perlengkapannya.
Secara umum rumah di Baluwarti dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi tiga kelompok. Pertama, tipe rumah Jawa lengkap berbentuk Joglo dengan pendapa, peringgitan, dalem ageng, ditambah dengan deretan rumah di kanan dan kiri, bahkan kadang-kadang juga di depan bangunan utama. Tipe rumah ini pada umumnya didirikan di halaman yang luas, dikelilingi oleh tembok yang cukup tinggi dan diberi regol di tengahnya.
Kelompok kedua adalah tipe rumah Jawa berbentuk Limasan dan kelompok ketiga adalah bentuk Kampung serta bentuk lain yang lebih sederhana. Pada umumnya rumah-rumah di Baluwarti termasuk tipe rumah sederhana. Di sebelah utara, barat dan selatan ditemukan beberapa saja dengan tipe pertama yang dihuni oleh golongan strata atas.
Penduduk yang tinggal di daerah Baluwarti dalam beberapa hal terikat pada peraturan-peraturan tertentu, misalnya hubungan mereka dengan masyarakat di luar Kori Brajanala, yang juga disebut Kori (lawang) Gapit, lebih terbatas, karena kori itu antara pukul 23.00 dan 05.30 ditutup. Selain itu apabila memasuki Baluwarti mereka harus menaati peraturan-peraturan tertentu.
Tidak seluruh tempat pemukiman di Baluwarti dipakai sebagai tempat kediaman secara pribadi. Ada beberapa yang diperuntukkan bagi kepentingan keraton, misalnya di sebelah barat Kori Brajanala Lor terdapat rumah penjagaan Dragorder, yang di kalangan penduduk dikenal sebagai Dragunder, berikutnya Mesjid Suranata dan tempat kereta raja. Di sebelah timur Kori Brajanala Lor itu terdapat Paseban Kadipaten, rumah penjagaan prajurit, dan di sebelah timurnya lagi terdapat Sekolah Ksatriyan. Di depan sekolah ini terletak Gedung Sidikara. Di kanan dan kiri Kori Kemandhungan terdapat tempat kereta dan halaman depan kori itu, yang disebut Balerata atau Maderata, merupakan tempat untuk naik dan turun dari kereta

Demografi

Kelurahan Baluwarti yang terletak di Kecamatan Pasar Kliwon merupakan satu di antara 51 kelurahan yang ada di Kota Surakarta. Luas wilayah Kelurahan Baluwarti seluas, terdiri dari 12 RW dengan 3 RT di masing-masing RW. Menurut penelitian tahun 2010, jumlah penduduk Baluwarti adalah 7120 jiwa dengan 1440 kepala keluarga[1]

Hidrogeografi

Hanya 15% KK yang memakai PDAM. Sisanya menggunakan sumur umum (22%) dan sumur pribadi (49%). Persentase pelayanan PDAM ini cukup rendah dibanding rata-rata Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 34%.[1].

Perumahan

Baluwarti merupakan satu-satunya kelurahan yang 100% penduduknya tidak memiliki sertifikat (Magersari) dan hanya memperoleh izin tinggal dari Keraton. Perumahan dikelompokkan di dalam kampung berdasarkan peran di Keraton.
Selain menjadi tempat kediaman pangeran, sentana dan para bangsawan lainnya yang masuk kerabat raja, beberapa bupati nayaka, bupati, prajurit dan abdi dalem, baik pria maupun wanita juga bertempat tinggal di lingkungan Baluwarti.
Abdi dalem wanita dikepalai oleh Nyai Lurah Gandarasa dan Nyai Lurah Sekullanggi, masing-masing tinggal di kampung sebelah timur dan selatan keraton yang disebut Gondorasan. Abdi dalem prajurit Tamtama dan Carangan tinggal di kampung sebelah timur yang disebut Tamtaman, sedang prajurit Wirengan di sebelah barat daya keraton. Abdi dalem ini dianggap dapat menambah magi kepada raja. Oleh sebab itu tempat kediamannya terdapat pada lingkaran kedua, tidak jauh dari kraton.
Golongan prajurit Tamtama dan Carangan bertugas menjaga keselamatan raja dan kedhaton, agar peristiwa penyerbuan kedhaton Kartasura tidak terulang. Prajurit Wirengan mempunyai fungsi khusus menjaga keamanan jalannya gunungan, yang pada tiap upacara garebeg dibawa dari kedhaton ke Mesjid Ageng. Prajurit ini berjalan di kanan dan kiri gunungan, dan pada saat-saat tertentu mereka menari tayungan di sepanjang jalan.

Pendidikan

Di kelurahan ini terdapat 7 sekolah dan 8 masjid. Menurut hasil penelitian tahun 2010, 968 dari 988 anak di kelurahan ini dapat bersekolah dengan jumlah anak yang tidak bersekolah sebesar 2%, jauh lebih kecil dari rata-rata Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 7%.[1]

Ekonomi

Ada dua buah pasar di kelurahan ini. Tingkat kemiskinan sebesar 18%, lebih rendah dari rata-rata kecamatan sebesar 23%. 50% penduduk bekerja sebagai buruh, 30% sebagai PNS, 10% sebagai pedagang kecil, dan 10% lainnya di sektor informal.[1]

Kesehatan

Karena banyaknya bangunan bersejarah, maka drainase dan jangkauan PDAM sulit ditingkatkan tanpa merusak situs-situs tersebut. Pemerintah sedang mencari cara untuk menghasilkan air bersih di kelurahan ini. Salah satu isu utama kesehatan adalah air tercemar yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti eksim. Penggunaan air sumur mungkin dapat menyebabkan penyakit. [1]

Batas wilayah

Wilayah Baluwarti berada di lingkaran kedua setelah tembok kedhaton, terletak di antara dua buah tembok besar berukuran tebal 2 meter dan tinggi 6 meter.
Di luar tembok kedhaton (tembok yang mengelilingi Kraton) Kasunanan Surakarta terdapat komplek bangunan yang dihuni oleh para pangeran, kerabat, abdi dalem pria dan wanita, disamping juga ada orang-orang yang melakukan pekerjaan bebas, misalnya berdagang.
Wilayah ini mempunyai dua buah pintu, yaitu Kori Brajanala Lor (Gapura utara) dan Kori Brajanala Kidul (Gapura selatan), satu dengan lainnya dihubungkan oleh dua jalur jalan yang sejajar dengan tembok kedhaton. Pada awal tahun 1900 Susuhunan Pakubuwana X memperluas wilayah Baluwarti dan menambahnya dengan dua buah pintu Butulan yang terletak di sebelah tenggara dan sebelah barat daya. Masing-masing diresmikan pada tahun 1906 dan pada tahun 1907. Dengan adanya dua pintu tambahan ini penduduk yang tinggal di Baluwarti dapat lebih leluasa berhubungan dengan masyarakat di luar komplek kedhaton.
Wilayah Kelurahan Baluwarti dibatasi oleh empat kecamatan yaitu Kelurahan Kedung Lumbu di sebelah timur laut, Kelurahan Kauman di sebelah barat laut, Kelurahan Gajahan di sebelah barat daya dan Kelurahan Pasar Kliwon di sebelah tenggara.
Wilayah Kelurahan Baluwarti ini merupakan daerah perkotaan, sehingga lahan untuk pertanian dan peternakan tidak ada, kalaupun ada hanya sekedar untuk pemanfaatan lahan pekarangan, di antaranya digunakan untuk memelihara ayam kampung, tanaman hias/tanaman potisasi dan toga. Kelurahan baluwarti sebagaimana Kelurahan di tengah perkotaan sehingga masyarakatnya mempunyai ciri sebagaimana masyarakat perkotaan. Heterogenitas penduduk cukup tinggi, baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.

Ndalem Pangeranan

Pada umumnya nama-nama komplek hunian di kawasan Baluwarti sesuai dengan nama bangsawan yang bertempat tinggal di kawasan tersebut ditambah dengan akhiran "-an", misalnya : Ngabean, untuk perumahan di sekitar tempat tinggal Pangeran Hangabei; Mlayasuman, untuk Pangeran Mlayakusuma; Widaningratan untuk wilayah sekitar bupati Hurdenas Widaningrat; Purwadiningratan untuk bupati nayaka Purwadiningrat; Mangkuyudan untuk bupati arsitek Mangkuyuda; Suryaningratan untuk bupati Gedhong Tengen Suryaningrat; Sindusenan untuk Pangeran Sindusena, sentana atau cucu Pakubuwana IX; Prajamijayan untuk R.M.A Prajahamijaya, cucu Pakubuwana IX.