Minggu, 13 Mei 2012

Panggung Songgo Buwono Keraton Surakarta Tempat Pertemuan dengan Ratu Kidul



Tempat Pertemuan dengan Ratu Kidul


Panggung Songgo Buwono
Solo – Sebuah menara terlihat saat melewati Supit Urang, menara tersebut dinamakan Panggung Songgo Buwono. Ada kepercayaan bahwa raja Mataram jaman dulu menggunakan menara ini sebagai tempat pertemuan dengan Ratu Kidul penguasa laut selatan.
Panggung Songgo Buwono didirikan tahun 1777 saat pemerintahan Paku Buwana III (1749-1788). Pembangun Panggung Songgo Buwono adalah Kyai Baturetno, seorang tukang batu, dan Kyai Noyowrekso, seorang tukang kayu (Kalang) saat itu. Di atas atap menara terdapat gambar seseorang naik seekor naga yang sekaligus sebagai sengkolo Nogo Muluk Tinitihan Janmo. Arti sengkolo tersebut adalah 1708, tahun jawa pembuatan menara.
Menara Panggung Songgo Buwono berdiri dengan tinggi 30 meter, bertingkat 4 dengan model atap Tutup Saji bersudut 8. Menara tersebut berfungsi juga sebagai tempat pengawasan jauh atau uit kijk guna mengamati lingkungan sekitar keraton khususnya dari Supit Urang dan Benteng Vastenburg. Fungsi utama Panggung Songgo Buwono adalah tempat meditasi raja saat ingin melakukan kontak batin dengan penguasa laut selatan, Ratu Kidul.
“Pada beberapa kesempatan, Ratu Kidul juga datang ke Keraton Surakarta untuk bertemu dengan Sinuhun. Saat kedatangan Ratu Kidul itu selalu terdengar suara gemuruh seperti rombongan tentara berkuda, dan suara itu disebut Lampor,” jelas Purwo, abdi dalem keraton kepada Timlo.net, Sabtu (9/10).
Panggung Songgo Buwono diartikan sebagai Lingga atau alat kelamin laki-laki, sedangkan Kori Sri Manganti diartikan sebagai Yoni atau alat kelamin perempuan. Filosofis Lingga dan Yoni adalah Sarono kadadeaning urip ing donyo atau sarana terbentuknya kehidupan di dunia. “Setiap Kamis dan Selasa Kliwon, selalu diberikan sesaji di Panggung Songgo Buwono,” tambah Purwo.
Hari Jumat 11 November 1954, bangunan atap Panggung Songgo Buwono terbakar. Dan pada tahun 1978 atap Panggung Songgo Buwono tersebut dipugar dengan sengkolo Kumbuling Noto Sekaring Buwono, berarti tahun 1910 J. Bentuk atap Tutup Saji diganti dengan bentuk Payung Megar yang dikerjakan oleh abdi dalem Kalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar