Kyai Sala adalah cikal bakal, dan dianggap tokoh masyarakat yang menguasai
Dusun Sala. Kyai Henis adalah seorang keturunan Brawijaya, yang dianggap
menurunkan raja-raja di Demak dan Mataram. Sementara itu Raden Ngabehi
Yosodipura dikenal sebagai seorang pujangga, sekaligus penasihat Paku Buwono
III dan IV atau pada abad ke-17.
Peristiwa lahirnya Kota Sala dari Dusun Sala, katanya, sangat dipengaruhi
oleh peran ketiga tokoh tersebut.
Apalagi, ditemukannya Dusun Sala menjadi kutha sing gede (kota
yang besar) sudah diramalkan oleh Raden Pabelan. Kyai Sala menemukan
mayat Raden Pabelan nyangkrah (tersangkut) di pepohonan dekat Bengawan
Solo, yang saat itu dikenal sebagai pelabuhan.
Begitu melihat mayat yang saat itu belum dikenal identitasnya, Kyai
Sala mencoba melepaskan mayat yang nyangkrah di pohon tersebut,
supaya terseret arus air sungai. Namun keesokan harinya, mayat itu kembali
berada di tempat semula saat ditemukan. Hal itu berlangsung selama tiga
kali.
Melihat peristiwa semacam itu, Kyai Sala kemudian semedi. Dari olah
batin itu, terjadi komunikasi dengan mayat tersebut, yang tidak lain adalah
Raden Pabelan.
Dalam komunikasi supranatural itu, Raden Pabelan minta agar dimakamkan
di dusun dekat mayatnya ditemukan. Selain itu, dikatakan juga bahwa nantinya
Dusun Sala akan menjadi kota yang besar. Setelah itu, mayat Raden Pabelan
oleh Kyai Sala dimakamkan di dusun dekat bengawan yang sekarang dikenal
dengan nama Kampung Sangkrah. Makam Raden Pabelan, lebih dikenal dengan
sebagai makam Kyai Batang (mayat), seperti saat ditemukan Kyai Sala. Kawasan
itu kemudian dikenal dengan nama Kampung Batangan.
Siapa Raden Pabelan, kok sampai ditemukan sudah menjadi mayat?
Menurut Mufti, Raden Pabelan adalah putra Tumenggung Mayang, abdi dalem
Kasultanan Pajang. Suatu saat, Pabelan dipergoki oleh Sultan Hadiwijaya
berada di keputren Pajang sedang macari Sekar Kedaton, putri dalem
Sultan Hadiwijaya.
Melihat hal itu, sultan marah dan memanggil Tumenggung Mayang. Saat
menghadap, Tumenggung Mayang pasrah menerima hukuman atas perbuatan anaknya
itu. Mendengar jawaban seperti itu, Sultan Pajang memerintahkan agar Raden
Pabelan dihukum mati dengan dirajam berbagai macam bentuk senjata yang
terbuat dari besi. Selanjutnya, mayatnya dibuang di Sungai Bengawan Solo
dan nyangkut di pepohonan, kemudian ditemukan oleh Kyai Sala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar